Ketika kata-kata
Sudah tidak bisa menjawab tanya
Maka bahasa pedanglah yang bicara
Bahasa para ksatria
Bahwa bumi menuntut sesaji darah manusia
Pedang
Taring betara kala sedang di amuk murka
Amarahnya menelan rembulan jadi gerhana
Bumi
Gelap pekat menangis air mata merah
Gemerlap kilat pedang menusuk dunia
Darah mengalir dari ujung pedang kekuasaan
Tergelar dari ujung pedang
Sebagaimana derita juga tergelar dari ujung yang sama
syair - syair berpanu
berjalan mengikuti hembusan angin
menapak di sunyinya alur kehidupan
bait demi bait terfatwa mematikan
menusuk dalam jantung kehidupan
merampas hatimu dengan serakah
ku mainkan nada-nada asmara
untuk mengoyak suci menjadi lara
ku renggut paksa indahnya anganmu
wahai ...wanita terlentanglah pasrah
sambut birahiku seribu kutuk
ku desah pelan syair-syair berpanu
merona merah merenda kata
semilir api menyentuh menyungkup
membanjiri tubuhmu beriak membara
mengelora panas dalam gejolak
aku pendekar syair berpanu
setiap desah adalah pujangga
hembusan angin adalah iramaku
menyebar mutiara sang kata cinta
syair berpanu melumat hawa
Sudah tidak bisa menjawab tanya
Maka bahasa pedanglah yang bicara
Bahasa para ksatria
Bahwa bumi menuntut sesaji darah manusia
Pedang
Taring betara kala sedang di amuk murka
Amarahnya menelan rembulan jadi gerhana
Bumi
Gelap pekat menangis air mata merah
Gemerlap kilat pedang menusuk dunia
Darah mengalir dari ujung pedang kekuasaan
Tergelar dari ujung pedang
Sebagaimana derita juga tergelar dari ujung yang sama
syair - syair berpanu
berjalan mengikuti hembusan angin
menapak di sunyinya alur kehidupan
bait demi bait terfatwa mematikan
menusuk dalam jantung kehidupan
merampas hatimu dengan serakah
ku mainkan nada-nada asmara
untuk mengoyak suci menjadi lara
ku renggut paksa indahnya anganmu
wahai ...wanita terlentanglah pasrah
sambut birahiku seribu kutuk
ku desah pelan syair-syair berpanu
merona merah merenda kata
semilir api menyentuh menyungkup
membanjiri tubuhmu beriak membara
mengelora panas dalam gejolak
aku pendekar syair berpanu
setiap desah adalah pujangga
hembusan angin adalah iramaku
menyebar mutiara sang kata cinta
syair berpanu melumat hawa
Pendekar syair berpanu
ku berjalan terseok tanpa arah
melantunkan indah nada nada prahara
merenggut paksa insan bercinta
kutebas murka pedang berpanu
memutus kasih luka kecewa
syair berdarah menyebar angkara
aku tak percaya dengan cinta
sudah kucari ke pelosok dunia
tapi cinta tak punya rasa
hanya bergumul nafsu gairah
takkala cinta dua manusia
menyatu peluh raungan manja
Aku kau usir pergi saat masih ingin menyusuri padang hatimu
Kini biarkanlah jalanku berlinang darah
rembulan memapahku perlahan menuju maut abadi...
"Aku datang dari balik kabut hitam
Aku mengarungi samudera darah
Akulah pangeran kegelapan
Kan kuremas matahari di telapak tanganku
Kan kupecahkan wajah rembulan, pecah terbelah
Dengan KIDUNG PAMUNGKAS
Kan kubuat dunia berwarna merah...!
"Kematian adalah kidung indah dalam hidupku
kematian tercium dari ujung ujung pedangku
kubeberkan dosa pada setiap tetes darahku
sembari kusiramkan api neraka
ke sekujur tubuhmu...
"Akan kulumuri wajahmu dengan dapanu
manusia yang paling terkutuk
kematian didalam nafasku
kematian di ujung ujung pedangku
kata membuat mantra
mantra menyusun daya
daya mantraku
mengunci semua daya
daya mantraku
menyerang pikiran manusia
kiduuuung pamungkaaaaas...
"Kepalsuan selalu menipu bumi
yang lembut dan jujur
topeng topeng putih yang semuci suci
selalu laris terjual di pasar pasar
di warung warung
karna terlalu banyak manusia busuK
ingin menutupi kebusukannya
aku datang dari balik kabut merah
terbang melintasi samudra darah
akan ku pecah wajah rembulan malam
akan kubuat isi alam menjadi kelam
akulah pangeran kegelapan
kidung pamungkas
TROOPS DHEMIT'S JEMBER
Berbeda- beda Tetap Satu Jua
ku berjalan terseok tanpa arah
melantunkan indah nada nada prahara
merenggut paksa insan bercinta
kutebas murka pedang berpanu
memutus kasih luka kecewa
syair berdarah menyebar angkara
aku tak percaya dengan cinta
sudah kucari ke pelosok dunia
tapi cinta tak punya rasa
hanya bergumul nafsu gairah
takkala cinta dua manusia
menyatu peluh raungan manja
Aku kau usir pergi saat masih ingin menyusuri padang hatimu
Kini biarkanlah jalanku berlinang darah
rembulan memapahku perlahan menuju maut abadi...
"Aku datang dari balik kabut hitam
Aku mengarungi samudera darah
Akulah pangeran kegelapan
Kan kuremas matahari di telapak tanganku
Kan kupecahkan wajah rembulan, pecah terbelah
Dengan KIDUNG PAMUNGKAS
Kan kubuat dunia berwarna merah...!
"Kematian adalah kidung indah dalam hidupku
kematian tercium dari ujung ujung pedangku
kubeberkan dosa pada setiap tetes darahku
sembari kusiramkan api neraka
ke sekujur tubuhmu...
"Akan kulumuri wajahmu dengan dapanu
manusia yang paling terkutuk
kematian didalam nafasku
kematian di ujung ujung pedangku
kata membuat mantra
mantra menyusun daya
daya mantraku
mengunci semua daya
daya mantraku
menyerang pikiran manusia
kiduuuung pamungkaaaaas...
"Kepalsuan selalu menipu bumi
yang lembut dan jujur
topeng topeng putih yang semuci suci
selalu laris terjual di pasar pasar
di warung warung
karna terlalu banyak manusia busuK
ingin menutupi kebusukannya
aku datang dari balik kabut merah
terbang melintasi samudra darah
akan ku pecah wajah rembulan malam
akan kubuat isi alam menjadi kelam
akulah pangeran kegelapan
kidung pamungkas
TROOPS DHEMIT'S JEMBER
Berbeda- beda Tetap Satu Jua
0 komentar:
Posting Komentar