Rabu, 07 Maret 2018

DHEMIT'S SYAIR BERPANU


Ketika kata-kata

Sudah tidak bisa menjawab tanya

Maka bahasa pedanglah yang bicara

Bahasa para ksatria

Bahwa bumi menuntut sesaji darah manusia

Pedang

Taring betara kala sedang di amuk murka

Amarahnya menelan rembulan jadi gerhana

Bumi

Gelap pekat menangis air mata merah

Gemerlap kilat pedang menusuk dunia

Darah mengalir dari ujung pedang kekuasaan

Tergelar dari ujung pedang

Sebagaimana derita juga tergelar dari ujung yang sama


syair - syair berpanu

berjalan mengikuti hembusan angin

menapak di sunyinya alur kehidupan

bait demi bait terfatwa mematikan

menusuk dalam jantung kehidupan

merampas hatimu dengan serakah

ku mainkan nada-nada asmara

untuk mengoyak suci menjadi lara

ku renggut paksa indahnya anganmu

wahai ...wanita terlentanglah pasrah

sambut birahiku seribu kutuk

ku desah pelan syair-syair berpanu

merona merah merenda kata

semilir api menyentuh menyungkup

membanjiri tubuhmu beriak membara

mengelora panas dalam gejolak

aku pendekar syair berpanu

setiap desah adalah pujangga

hembusan angin adalah iramaku

menyebar mutiara sang kata cinta

syair berpanu melumat hawa



Pendekar syair berpanu

ku berjalan terseok tanpa arah

melantunkan indah nada nada prahara

merenggut paksa insan bercinta

kutebas murka pedang berpanu

memutus kasih luka kecewa

syair berdarah menyebar angkara

aku tak percaya dengan cinta

sudah kucari ke pelosok dunia

tapi cinta tak punya rasa

hanya bergumul nafsu gairah

takkala cinta dua manusia

menyatu peluh raungan manja

Aku kau usir pergi saat masih ingin menyusuri padang hatimu

Kini biarkanlah jalanku berlinang darah

rembulan memapahku perlahan menuju maut abadi...

"Aku datang dari balik kabut hitam

Aku mengarungi samudera darah

Akulah pangeran kegelapan

Kan kuremas matahari di telapak tanganku

Kan kupecahkan wajah rembulan, pecah terbelah

Dengan KIDUNG PAMUNGKAS

Kan kubuat dunia berwarna merah...!

"Kematian adalah kidung indah dalam hidupku

kematian tercium dari ujung ujung pedangku

kubeberkan dosa pada setiap tetes darahku

sembari kusiramkan api neraka

ke sekujur tubuhmu...

"Akan kulumuri wajahmu dengan dapanu

manusia yang paling terkutuk

kematian didalam nafasku

kematian di ujung ujung pedangku

kata membuat mantra

mantra menyusun daya

daya mantraku

mengunci semua daya

daya mantraku

menyerang pikiran manusia

kiduuuung pamungkaaaaas...

"Kepalsuan selalu menipu bumi

yang lembut dan jujur

topeng topeng putih yang semuci suci

selalu laris terjual di pasar pasar

di warung warung

karna terlalu banyak manusia busuK

ingin menutupi kebusukannya

aku datang dari balik kabut merah

terbang melintasi samudra darah

akan ku pecah wajah rembulan malam

akan kubuat isi alam menjadi kelam

akulah pangeran kegelapan

kidung pamungkas

TROOPS DHEMIT'S JEMBER

Berbeda- beda Tetap Satu Jua

Raden Jagad Satria

Author & Editor

TROOPS DHEMITS JEMBER BERBEDA - BEDA TAPI TETAP SATU JUA

0 komentar:

Posting Komentar